Saya hanya mencoba selalu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan selama ini. Mencoba untuk ikhlas atas apa yang telah Allah cabut dari hidup ini dan apa yang tidak Allah berikan pada diri ini. Mencoba untuk pasrah atas apa yang akan Allah berikan pada diri ini kelak.

Kamis, 17 Juli 2008

Encore

Saya belum siap menyerahkan hati ini lagi, membaginya dengan wanita lain. Saya belum siap untuk mengetahui bahwa diri ini kembali menyakiti wanita itu kelak. Saya belum siap untuk kembali menyadari bahwa wanita itu berpikir untuk meninggalkan saya. Saya belum siap kembali lagi sendirian, setelah saat ini saya nyaman dengan kesendirian. Saya hanya ingin sendiri… Saya nyaman dengan kesendirian ini. Saya nyaman berbicara dengan Allah dalam kesendirian. Saya nyaman berdialog dengan hati dan imajinasi saya. Saya nyaman mengenang masa lalu sambil berharap akan masa depan. Saya nyaman dengan sebuah harapan sambil tetap belajar akan arti keikhlasan sebuah kegagalan di mata saya. Jika saya harus siap untuk kehilangan sesuatu yang saya cintai, maka kenapa saya harus takut untuk terus mencintai hal itu???

Rabu, 09 Juli 2008

Maafkan saya...

My feeling at 03 Juli 08

Tampaknya akan ada banyak permintaan maaf yang harus saya ucapkan pada postingan kali ini. Tidak apa-apa lah, toh diri ini hanyalah sesosok tubuh lemah dan penuh dengan kekurangan sehingga sangat pasti untuk tidak luput dari kesalahan-kesalahan. 

Pertama saya meminta maaf yang sedalam-dalamnya karena akhir-akhir ini jarang sekali update blog ini. Kejar-kejaran dengan deadline skripsi tiap bab slama beberapa minggu ini cukup menyita hormon adrenalin ini untuk berpacu lebih cepat, asupan darah diotak diplot lebih deras untuk mencukupi suplai kebutuhan berpikir, dan air mata bekerja maksimal untuk membasahi mata yang pedih karena terus melihat laptop.

Kedua, saya meminta maaf bila mulai saat ini saya tidak akan membicarakan masalah ini lagi ke orang lain, walaupun dia merupakan seseorang yang terdekat sekalipun. Biarlah saya memendam sendiri perasaan apa yang saya rasakan kedepannya. Saya pikir biarlah ini menjadi urusan pribadi saya dengan Allah saja, urusan yang sangat personal. Maafkan untuk pihak-pihak yang memang semula sempat saya jadikan tempat curhat. Karena kali ini tampaknya saya tidak akan terlalu mengeluarkan materi pembicaraan itu lagi.

Ketiga, inilah imbas dari apa yang akan saya lakukan di permohonan maaf yang kedua. Saya memohon maaf karena saya tidak akan lagi meng-update postingan di blog ini untuk waktu yang tidak dapat saya tentukan. Bahkan mungkin ini jadi update terakhir blog kehidupan cinta saya. Setiap kisah yang akan saya lalui, setiap perasaan yang akan muncul, dan setiap beban masalah yang menghadang tidak akan saya ungkapkan lagi di dalam blog ini.

Saya pikir tugas saya dalam hidup ini terkait dengan dirinya sudah selesai. Saya sudah berhasil memberikan dia kado terbaik. Sebuah kebahagiaan. Yaitu sebuah kebebasan dia untuk merasa bahagia dan nyaman untuk dekat dengan beberapa lelaki yang akan menjadi calon pendampingnya. Ya, sebuah kebahagiaan yang saya antar walaupun ternyata memang diri ini tidak termasuk didalamnya. Tapi inilah cinta... 

Ketika seseorang sudah mendapatkan calon imam yang memiliki ilmu agama lebih baik untuk diajarkan kepadanya, saya tidak mampu untuk menghalanginya. Sungguh ini merupakan tugas yang berat untuk saya emban mengingat ilmu agama diri ini masi terlalu dangkal. Saya tidak mau menghalangi keinginan dua insan untuk beribadah bersama, walaupun sang wanitanya adalah seseorang yang saya sayang dan sang lelakinya itu bukan saya.

Saat ini saya hanya ingin lebih fokus dalam kehidupan pribadi saya. Fokus dalam belajar ilmu agama sendirian. Dan saya tidak ingin semua ikhtiar ini tercemari oleh tujuan-tujuan lain misal ingin menyaingi ilmu dari calon-calon imam dia itu agar tidak kalah dari mereka. Sungguh, saya ingin ini smua semata-mata karena mencari ridha Allah, karena saya butuh suatu dzat yang maha kuat, dimana tidak ada keraguan dalam diri ini dan ketakutan akan ditinggalkan. Dimana saya serahkan seluruh hidup dan mati ini hanya kepada-Nya. Saya ingin menyayangi Allah melebihi rasa sayang ini ke orang lain.

Sepertinya saya memang cocok hanya menjadi batu loncatan bagi orang lain untuk melangkah lebih baik lagi bersama orang lain. Pribadi seperti ini hanya baik untuk dijadikan teman dan kakak saja, bukan sebagai pria yang mampu melindungi pasangannya, bukan sebagai lelaki yang menjadi pemimpin untuk pasangannya. Jika memang kesendirian ini adalah hal terbaik untuk saya jalani dalam rangka mencari kedekatan dengan Allah, saya akan jalani sekuat tenaga.

Kepedihan ini saya relakan untuk kebahagiaan dia... Kesendirian ini saya berikan untuk pasangan dia... Inilah kado terakhir yang mungkin dapat saya berikan setelah 2thn3bln saya renggut kehidupannya...

And cloudy heart will dissapear now... 

(silent)